Categories
Berita Berita KSP

Yanuar Nugroho di Opsi MetroTV: ‘Rektor Kok Impor?’

JAKARTA – Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho dalam program ‘OPSI’ MetroTV: ‘Rektor Kok Impor?’, tayang live Senin, 5 Agustus 2019 bersama host Aviani Malik, anggota DPR Reni Marlinawati, pakar hukum internasional Hikmahanto Juwana, Rektor IPB Arif Satria dan Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Komaruddin Hidayat
Lihat videonya ada di sini

screen-shot-2019-08-05-at-23-03-45 screen-shot-2019-08-05-at-23-07-54 screen-shot-2019-08-05-at-23-03-33 screen-shot-2019-08-05-at-23-10-11 screen-shot-2019-08-05-at-23-09-22 screen-shot-2019-08-05-at-23-04-00
 

Categories
Berita Berita KSP

Yanuar Nugroho di Sapa Indonesia KompasTV, Menyoal Direksi BUMN Terciduk KPK

JAKARTA – Deputi II Kepala Staf Kepresidenan Yanuar Nugroho dalam program ‘Sapa Indonesia Malam’ KompasTV: ‘Direksi BUMN Terciduk KPK’, tayang live Sabtu, 3 Agustus 2019 bersama host Sofie Syarief, anggota DPR Inas Nasrullah Zubir, Direktur Visi Integritas Ade Irawan, dan mantan Sesmen Kementerian BUMN Said Didu.
Lihat videonya ada di sini




screen-shot-2019-08-05-at-22-55-35 screen-shot-2019-08-05-at-22-55-42 screen-shot-2019-08-05-at-22-56-23
 

Categories
Berita Berita KSP

Besar, Peran Guru Deteksi Dini Intoleransi di Sekolah

BALI – Banyak suvei menemukan adanya benih-benih radikalisme di lembaga-lembaga pendidikan, dari pendidikan tinggi hingga sekolah menengah. Fenomena ini cukup mengkhawatirkan. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan langkah-langkah strategis, di antaranya adalah memalui pelatihan yang mengasah sensitifitas para guru untuk mendeterksi dini munculnya bibit-bibit intoleransi di sekolah.
“Faktor guru sangat penting karena di antara pintu masuk paham intoleran dan radikal ke sekolah-sekolah adalah melalui pintu guru, selain pintu kebijakan kepala sekolah dan alumni,”  demikian kata Ternaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Abd Rohim Ghazali dalam acara ‘Program Penguatan kapasitas Auditor dan Pengawas Sekolah dalam Mempromosikan Toleransi dan Multikulturalisme di Sekolah’ yang dilaksanakan Maarif Institute bekerjasama dengan Inspektorat III Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tanggal 30 Juli-01 Agustus 2019 di Hotel Mercure Kuta Beach, Bali.
bali3Selain Abd Rohim Ghazali, tampil sebagai pembicara Inspektur III Isnpektorat Jenderal Kemendikbud  Muhaswad Dwiyanto, Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Fajar Riza Ul Haq, Guru Besar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana, Bali, I Nyoman Darma Putera, dan akademisi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Zuly Qodir.
Dalam pelatihan yang diikuti 30 guru yang terdiri dari pengawas dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dari Kabupaten Badung, Kota Denpasar, Kabupatren Tabanan, dan Kabupaten Gianyar, disampaikan materi pemahaman yang mendetail dan komprehensip tentang intoleransi dan radikalisme berikut contoh-contohnya yang konkret. Pemahaman ini penting mengingat banyak guru yang kurang paham tentang bagaimana pemikiran dan praktik intoleransi dan radikalisme di sekolah.
Ketidakpahaman guru tentang intoleransi dan radikalisme membuat mereka abai dan tidak peduli dengan merasuknya paham-paham yang membahayakan keutuhan bangsa ini. intoleransi dibiarkan merebak seolah-olah sesuatu yang biasa dan dianggap tidak membahayakan.bali5
Selanjutnya, para peserta dilatih untuk memahami empati, toleransi, intoleransi, kekerasan, dan perdamaian. Para peserta umumnya memehami makna dari kata-kata ini, namun bagaimana mempraktikannya masih bannyak yang keliru. Misalnya empati dipraktikkan dengan merusak toleransi dan perdamaian, atau toleransi diterapkan dengan membiarkan intoleransi dan kekerasan.
Selain itu, para peserta juga dilatih untuk melakukan komunikasi yang konstruktif serta bagaimana membuat kontra narasi terhadap berkembangnya natasi-narasi yang destruktif seperti berita bohong (hoax), unjaran kebencian (hate speech), provokasi, dan pemelintiran berita dengan mengabaikan fakta-fakta.bali6
Kemudian pada peserta juga dilatih bagaimana caranya memahami dan mengatasi masalah-masalah yang dihadapi sekolahnya baik secara internal maupun eksternal, serta bagaimana memaksimalkan fungsi jaringan antar sekolah untuk bersama-sama mengatasi masalah-masalah yang ada di sekolah masing-masing. Dengan materi ini diharapkan tidak ada lagi sekolah yang merasa maju sendiri, egois, dan neggan memberikan bantuan kepada sekolah lain meskipun jaraknya berdekatan.
Setiap materi disampaikan dengan sistem andragogi yang dipadukan dengan permainan dan simulasi yang menarik dan tidak membosankan. Karena itu, para peserta merasa senang dan tidak ngantuk walaupun dalam kondisi capai dan waktu yang padat.
Setiap peserta antusias menyampaikan pengalaman masing-masing, baik pada saat memnghadapi masalah maupun bagaimana cara mengatasinya. “Pelatihan ini betul-betul bermanfaat,” kata salah seorang peserta.bali2
Dari pelatihan ini diharapkan para peserta akan menjadi pionir di sekolahnya masing-masing untuk menularkan pemahaman dan ketajaman deteksi dini terhadap intoleransi dan radikalisme yang merusak kebersamaan dan keberagaman.
Virus intoleransi, walau mungkin sedikit, akan menjadi seperti nila yang merusak susu sebelanga. Banyak sekolah yang prestasinya bagus, inovatif, dengan akreditasi “A” namun bisa rusak dan menjadi ajang kecaman publik lantaran munculnya gejala intoleransi yang dibiarkan atau bahkan sengaja dikembangkan.
Virus intoleransi akan terus merebak dan menjalar kemana-mana jika tidak ada pihak-pihak yang mau mencegah atau minimal menghambatnya. “Untuk mencegahnya agar tidak menjalar ke sekolah-sekolah, peran guru sangatlan penting!” tandas Abd Rohim Ghazali.
bali4
 

Categories
Berita Berita Presiden

Sambangi Kantor Pusat PLN, Presiden Jokowi: Jangan Sampai Terjadi Lagi!

JAKARTA- Presiden Joko Widodo meminta PT PLN (Persero) melakukan perbaikan dan evaluasi secepat-cepatnya atas kejadian gangguan listrik massal yang melanda Jakarta dan sebagian wilayah di Pulau Jawa pada Minggu, 4 Agustus 2019, kemarin. Secara tegas, ia tidak ingin hal serupa terjadi lagi di kemudian hari.
Hal tersebut disampaikan Presiden saat dirinya menyambangi kantor pusat PT PLN (Persero) di Kebayoran Baru, Jakarta, Senin, 5 Agustus 2019. Presiden tiba sekitar pukul 08.45 WIB dan langsung menuju ruang rapat yang terletak di lantai dasar.
“Yang paling penting saya minta perbaiki secepat-cepatnya. Dari beberapa wilayah yang belum hidup segera dikejar dengan cara apapun agar segera bisa hidup kembali. Kemudian hal-hal yang menyebabkan peristiwa besar ini terjadi, sekali lagi saya ulang, jangan sampai kejadian lagi. Itu saja permintaan saya,” kata Presiden.
Di awal rapat, Presiden mempertanyakan penyebab terjadinya gangguan listrik massal tersebut. Menurutnya, dalam sebuah manajemen besar seperti PLN, semestinya ada tata kelola risiko berikut dengan rencana cadangannya.
“Pertanyaan saya, kenapa itu tidak bekerja dengan cepat dan dengan baik?” tanya Presiden.
Kejadian serupa sebetulnya pernah terjadi sekitar belasan tahun lalu di mana saat itu listrik di Jawa dan Bali mengalami mati total. Presiden mengingatkan bahwa seharusnya kejadian tersebut dijadikan sebuah pelajaran bagi PLN.
sambangi-kantor-pusat-pln-presiden-jokowi-jangan-sampai-terjadi-lagi-10
 
“Jangan sampai kejadian yang sudah pernah terjadi itu kembali terjadi lagi. Kita tahu ini tidak hanya bisa merusak reputasi PLN, tetapi juga banyak hal di luar PLN yang terutama konsumen sangat dirugikan. Pelayanan transportasi umum misalnya sangat berbahaya sekali, MRT misalnya,” tegasnya.
Pelaksana Tugas (Plt.) Direktur Utama PT PLN (Persero) Sripeni Inten Cahyani dalam rapat tersebut menjelaskan bahwa penyebab mati listrik massal yang terjadi mulai pukul 11.48 WIB tersebut adalah akibat gangguan pada sistem transmisi saluran udara tegangan ekstra-tinggi (SUTET) 500 kilovolt (kV) Ungaran-Pemalang, Jawa Tengah. Ia juga memohon maaf atas lambannya proses perbaikan yang dilakukan pihaknya.
“Kami mohon maaf Pak, prosesnya lambat. Kami akui Pak, prosesnya lambat,” ucap Sripeni.
Setelah mendengarkan penjelasan Plt. Dirut PLN tersebut, Presiden mengingatkan bahwa seharusnya kejadian-kejadian seperti ini telah diantisipasi sebelumnya.
“Pertanyaan saya, tadi di penjelasannya panjang sekali. Pertanyaan saya, bapak, ibu semuanya ini kan orang pintar-pintar, apalagi urusan listrik sudah bertahun-tahun. Apakah tidak dihitung, apakah tidak dikalkulasi bahwa akan ada kejadian-kejadian sehingga kita tahu sebelumnya. Kalau tahu-tahu drop gitu artinya pekerjaan-pekerjaan yang ada tidak dihitung, tidak dikalkulasi dan itu betul-betul merugikan kita semuanya,” kata Presiden.
Turut mendampingi Presiden saat mengunjungi kantor pusat PLN antara lain, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian.
 

Categories
Berita Berita Presiden

Presiden dan Para Menteri Kabinet Kerja Galang Donasi untuk Penyintas Gempa Banten

JAKARTA- Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Iriana Joko Widodo menghadiri acara kumpul keluarga bersama para menteri dan mantan menteri Kabinet Kerja. Dalam acara yang digelar di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, Minggu, 4 Agustus 2019 itu, Presiden dan para menteri menggalang donasi sebagai bentuk solidaritas untuk para penyintas gempa Banten yang terjadi kemarin.
“Tadi kan sudah disampaikan Pak Mensesneg. Alhamdulillah di lapangan yang terjadi tidak seperti yang kita bayangkan. Tetapi apapun, tetap memerlukan penanganan yang cepat, penanganan yang baik. Nanti kita sedikit-sedikit lah ikut nyumbang ya, sebagai pribadi,” ujar Presiden kepada para jurnalis.
Dalam acara yang mengangkat tema “Solidaritas Tanpa Batas” itu, Menteri Sekretaris Negara Pratikno menjelaskan, bahwa solidaritas itu tidak hanya antara anggota Kabinet Kerja, tetapi juga dengan seluruh rakyat Indonesia. Terutama, sebagai bentuk solidaritas bagi masyarakat yang terdampak gempa.
“Untuk itu, saya mengajak bapak ibu sekalian untuk berdoa semoga saudara-saudara kita yang sedang terkena musibah tidak mengalami penderitaan dan kita bersama-sama untuk segera membantu mereka dengan secepat-cepatnya. Marilah kita berdoa dengan mengheningkan cipta,” kata Mensesneg.
Sebelumnya, dikabarkan juga bahwa Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyebut gempa dengan magnitudo 9.0 yang terjadi di selatan Jawa sekitar 400 tahun lalu berpotensi terulang. Terkait hal tersebut, Kepala Negara sudah memerintahkan jajarannya untuk mempersiapkan langkah-langkah agar masyarakat siap jika harus ada proses evakuasi.
“Ya itu kan namanya ada potensi, dan yang namanya gempa bumi itu tidak bisa dihitung dan diperkirakan terutama waktunya. Oleh sebab itu saya sudah perintahkan kepada BNPB, kepada Menko, untuk mempersiapkan masyarakat, terutama proses-proses evakuasi dan sudah kita lakukan kan,” imbuh Kepala Negara.
Pendidikan kebencanaan di sekolah-sekolah dan di masyarakat secara umum juga terus dilakukan oleh pemerintah. Presiden melihat sudah ada lompatan perbaikan dalam proses evakuasi saat gempa 6.9 magnitudo terjadi di Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, kemarin malam. Ia pun mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan waspada.
“Sekarang kayak di sekolah-sekolah, di masyarakat, mulai kita mengedukasi. Dan kemarin waktu di Banten itu kita melihat sudah ada sebuah lompatan perbaikan yang baik proses-proses evakuasi itu. Tapi bahwa kepanikan ada itu iya, namanya gempa di mana pun pasti menyebabkan masyarakat panik. Yang paling penting, terus dilakukan edukasi mengenai kebencanaan, terutama gempa bumi yang sulit diprediksi, sulit dihitung, dan kedua selalu tetap kita waspada,” tandasnya.