Jakarta – Kepala Staf Kepresidenan Muhammad Qodari menghadiri Pentas Seni dan Bazar siswa-siswi SLB (Sekolah Luar Biasa) Ulaka Penca di Lebak Bulus, Cilandak, Jakarta, pada Selasa (16/12/2025), dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional 2025. SLB Ulaka Penca sendiri merupakan kepanjangan dari Unit Latihan Kerja (ULAKA) Penyandang Cacat (PENCA).
Qodari menyatakan bahwa berkumpulnya semua pihak di SLB Ulaka Penca ini dalam suasana yang istimewa. Pentas seni dan bazar ini, menurutnya, bukan sekadar acara semata-mata, tetapi juga sebuah perayaan kemanusiaan, perayaan keunikan, keberanian, dan aktualisasi diri.
“Peringatan Hari Disabilitas Internasional pada 3 Desember, penting untuk selalu kita peringati selain sebagai wadah aktualisasi untuk melihat potensi anak-anak disabilitas dan juga sebagai medium ekspresi bagi mereka,” ungkap Qodari.
Qodari menekankan pentingnya memperkuat perspektif bahwa yang perlu menyesuaikan bukanlah selalu manusianya, tetapi lingkungannya. Ia mencontohkan kisah Eki, seorang siswa yang memimpin marawis dengan suara yang sangat lantang dan bagus.
“Waktu dia di SD bahkan dia di pesantren dianggap enggak bisa ngomong karena memang dia takut mengekspresikan dirinya karena mendapatkan bully,” ujar Qodari.
Namun, Qodari melihat bahwa di lingkungan yang tepat, seperti di SLB Ulaka Penca, potensi anak-anak memang akan lebih keluar. Qodari menjelaskan bahwa Eki yang dulunya trauma akibat bully di pesantren sampai takut melihat pakaian santri, kini di lingkungan yang tepat bisa memakai pakaian tersebut, menjadi bagian dari tradisi santri, dan menjadi penampil yang baik. Sebaliknya, Qodari menambahkan, di lingkungan yang tidak tepat, potensi anak-anak tidak bisa berkembang bahkan dapat mengalami tekanan.
Kepala Staf Kepresidenan menegaskan bahwa komitmen pemerintah terhadap pendidikan penyandang disabilitas (pendis atau penca) sangat jelas, merujuk pada pernyataan Presiden Prabowo.
“Bapak Presiden Prabowo telah menegaskan bahwa pembangunan nasional harus berangkat dari kemanusiaan dan keadilan sosial. Itu salah satu kata kunci dari Pak Prabowo. Keadilan sosial. Tidak boleh ada warga negara yang tertinggal, termasuk saudara-saudara kita yang penyandang disabilitas,” tegas Qodari.
Qodari memaparkan empat fokus yang dilihatnya dalam penanganan isu disabilitas. Pertama, terkait pendidikan inklusif dan penguatan, dimana Kantor Staf Presiden menyoroti masalah pembiayaan gaji tenaga pendidikan (tendik) yang masih minim dan belum mendapatkan bantuan dari Kementerian Sosial karena adanya syarat harus memiliki panti.
“Saya kira ini nanti kami komunikasikan dengan Kementerian Sosial. Artinya kalau bisa institusi yang melayani warga kita yang disabilitas tidak harus ada panti pun tetap mendapatkan bantuan. Karena memang sekolah SLB itu tidak bisa disamakan dengan sekolah umum,” tegas Qodari.
Kedua, pemberdayaan dan kemandirian disabilitas. Qodari mengapresiasi SLB Ulaka Penca karena tidak berhenti pada sekolah, tetapi juga memiliki balai latihan kerja dan workshop. Ketiga, perlindungan sosial yang berkeadilan dan bermartabat.
Qodari juga menyoroti kerja sama di SLB Ulaka Penca, di mana lahan dan bangunan disediakan oleh pemerintah, tetapi manajemen, personalia, dan pengelolaan harian dilakukan oleh swasta.
Sebagai penutup, Kepala Staf Kepresidenan juga mengucapkan apresiasi setinggi-tingginya kepada SLB Ulaka Penca, yayasan, para guru. “Nanti insyaallah nanti akan ada waktu kita bersama anak-anak penyandang disabilitas dan itu adalah bagian integral dari masa depan Republik Indonesia,” pungkas Qodari.