Categories
Berita KSP

Tiga Strategi Utama Hadapi Pembelajaran Era Digital

Kepala Staf Kepresidenan DR Moeldoko dalam webinar di Situation Room Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Kepala Staf Kepresidenan DR Moeldoko dalam webinar di Situation Room Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.

Pembelajaran secara online pada era sekarang menjadi model yang paling efektif dan efisien. Hal itu juga sebagai upaya agar   Indonesia mampu berkompetisi secara global dengan negara-negara maju.  Kepala Staf Kepresidenan Dr. Moeldoko pada acara The 7th Knowledge Sharing Forum (KSF) Universitas Terbuka 2020  bertema “Transformasi Masyarakat Digital dan Strategi Meningkatkan Student Engagement dalam Pembelajaran Online”, Jumat (10/07) menekankan tiga strategi utama dalam transformasi digital.

Moeldoko menjelaskan, tiga strategi prioritas tersebut adalah goals, ways dan means. Pertama, goals atau yang akan dicapai berupa optimalisasi pembelaran secara daring. Pembelajaran online atau Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi suatu model pembelajaran yang efektif dan efisien.

Kedua, lanjut Moeldoko, adalah ways berupa metode atau cara yang dilakukan harus tepat, benar dan tidak bias. Cara komunikasi perlu menyesuaikan gaya generasi muda. Demikian juga cara berpikir harus menyesuaikan dengan kalangan milenial. “Cara komunikasi, gaya bahasa, berpikir dan visual sekarang ini berubah,” ujar Moeldoko

Kemudian, strategi ketiga yaitu means dalam arti bagaimana mengurangi digital gap yang saat ini masih terjadi. Indonesia terdiri dari lebih 17 ribu pulau, ada wilayah yang secara infrastruktur teknologi komunikasi sudah maju ada pula yang masih miskin. “Jangan sampai akses teknologi informasi hanya terjadi di Pulau Jawa. Banyak daerah yang masih miskin infrastruktur komunikasi. Karena itu, perlu diupayakan pemerataan akses internet,”papar Moeldoko yang juga Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Terbuka.

Meldoko menegaskan, berbagai perubahan terjadi dan tak bisa dihindari. Kita harus mampu beradaptasi dan bergerak cepat menghadapi berbagai tantangan perubahan tersebut. Selain itu, kita harus berani ambil risiko atas kebijakan yang diambil secara konstitusional. “Kita harus siap menghadapi kompleksitas masalah akibat globalisasi. Kita juga harus mampu merespons kejutan-kejutan yang terjadi akibat kemajuan teknologi .Kita harus sensitif dan melakukan lompatan-lompatan, mengubah cara kerja lama yang konvensional yang masih relatif linier,” paparnya.

Moeldoko menjelaskan, pemerintah memikirkan peningkatan kualitas SDM tanpa membedakan institusi pendidikan negeri atau swasta.  Dalam hal ini, pemerintah melalui TVRI memiliki program belajar dari rumah. Mengenai perbedaan atau digital gap, pemerintah memahami persoalan ini dan segera memperbaiki infrastruktur komunikasi informasi. “Intinya pemerintah ingin adanya pemerataan keadilan dalam informasi, akses, dan berbagai kemudahan lain berjalan dengan baik,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Rektor Universitas Terbuka Prof. Ojat Darojat M.Bus, Ph.D menjelaskan, dalam proses PJJ perlu dibangun interaksi dan komunikasi antara mahasiswa dengan tutor sehingga proses belajar makin optimal.