JAKARTA- Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana Joko Widodo menggelar acara kumpul keluarga para menteri Kabinet Kerja. Acara yang mengusung tema “Solidaritas Tanpa Batas” tersebut dihelat di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Minggu, 4 Agustus 2019.
“Ya ini kan sudah lama, ini rancangan lama, rencana lama. Penginnya tuh kan enam bulan ketemu sekali, atau minimal setahun sekali, tapi ini lima tahun baru sekali,” kata Presiden.
Tak hanya dihadiri para menteri yang kini menjabat, pada acara tersebut tampak hadir juga para mantan menteri Kabinet Kerja seperti Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang sempat menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Selain itu hadir juga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang sempat menjabat sebagai Menteri Sosial.
“Ya semuanya, yang telah ikut bersama-sama bekerja keras untuk pemerintah, untuk negara kita, semuanya kita undang. Intinya, selain 17-an kita ingin ada kumpul bareng untuk memperkuat solidaritas kita,” ujar Presiden.
Acara yang juga merupakan bagian dari rangkaian peringatan ulang tahun ke-74 kemerdekaan Republik Indonesia ini diawali dengan senam bersama pada pukul 08.05 WIB. Senam bersama dipimpin oleh empat instruktur dan diikuti oleh Presiden Joko Widodo, Ibu Iriana, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ibu Mufidah Jusuf Kalla, serta seluruh keluarga Kabinet Kerja.
Usai senam, para peserta kemudian mengikuti berbagai kegiatan yang biasa dilombakan saat memeriahkan peringatan ulang tahun kemerdekaan. Untuk kategori anak-anak, digelar lomba balap kelereng, dan lomba mengumpulkan bola di arena mandi bola. Untuk kategori remaja, ada lomba makan kerupuk, lomba main bola menggunakan sarung, dan lomba memindahkan bola pingpong dengan paralon.
Sementara untuk kategori ibu-ibu terdapat dua lomba yang digelar, yaitu lomba mencari kacang hijau dalam tepung dan lomba padu padan busana. Adapun untuk kategori bapak-bapak ada lomba balap kelereng, lomba makan kerupuk, dan lomba memindahkan bola pingpong melalui paralon. Terakhir, untuk kategori suami-istri diadakan lomba joget balon berpasangan.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memenangi lomba makan kerupuk setelah mengalahkan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Presiden tampak menggendong cucu pertamanya Jan Ethes Srinarendra saat menyaksikan lomba balap makan kerupuk ini.
Di saat yang bersamaan, Ibu Iriana mengikuti lomba padu padan busana. Dalam lomba tersebut, Ibu Iriana meraih juara pertama usai mendesain kostum ala noni Belanda yang kemudian dipakai oleh Ibu Siti Faridah Pratikno. Sementara Ibu Ratnawati Jonan yang memakai kostum ala penjual jamu tradisional meraih juara kedua. Adapun untuk juara ketiga diraih Ibu Ratna Megawangi Sofyan Djalil yang berdandan ala tentara pejuang zaman dulu.
Acara kemudian ditutup dengan penyerahan hadiah bagi para pemenang, serta pengumuman doorprize seraya diiringi penampilan penyanyi Yuni Shara dan Glenn Fredly. Tak ketinggalan, tampil juga Elek Yo Band yang beranggotakan para Menteri Kabinet Kerja seperti Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf.
Presiden berharap, acara kumpul keluarga ini bisa kembali digelar di masa yang akan datang. Ia juga berharap acara seperti ini bisa semakin mengakrabkan para menteri beserta keluarganya.
“Ya bekerja kita ini bekerja tim, bekerja ini enggak sendiri-sendiri. Menko, ke bawah menteri-menteri, itu kerjanya kerja tim. Jadi semakin akrab beliau-beliau ini, akan semakin memperkuat teamwork yang kita miliki,” tandasnya.
Kategori: Berita
JAKARTA- Presiden Joko Widodo beserta jajarannya terus memantau situasi terkini mengenai gempa yang terjadi di barat daya Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Ia sudah berkoordinasi langsung dengan aparat terkait di lokasi untuk memastikan kondisi pascagempa.
“Saya terus memonitor, tadi saya telepon ke lapangan juga. Alhamdulillah tidak ada ikutan tsunami dan peringatan untuk potensi tsunami tadi baru saja berakhir,” ujar Presiden di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, pada Jumat, 2 Agustus 2019.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika sebelumnya merilis informasi gempa dengan kekuatan 6,9 skala richter melanda barat daya Sumur, Banten, dan berpotensi tsunami. Namun, peringatan dini tsunami yang dikeluarkan tersebut dinyatakan telah berakhir.
Meski demikian, Kepala Negara memerintahkan jajarannya untuk tetap bersiap siaga dan bertindak cepat terhadap segala kemungkinan yang terjadi.
“Saya sudah perintahkan juga kepada BNPB, TNI, Polri, dan Menteri Sosial untuk bertindak cepat apabila ada hal yang memang harus kita bergerak,” tuturnya.
Presiden turut mengimbau masyarakat, utamanya yang berada di sekitar lokasi terdampak, untuk tetap tenang namun waspada.
“Yang paling penting seluruh masyarakat tenang, hati-hati, dan juga terus tetap waspada,” tandasnya.
JAKARTA- Presiden Joko Widodo memberikan dorongan semangat kepada Baiq Nuril Maknun untuk kembali beraktivitas dan berkumpul dengan keluarga setelah menjalani proses hukum yang kini telah usai. Baiq Nuril pada Jumat, 2 Agustus 2019, di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, telah menerima Keputusan Presiden tentang pemberian amnesti bagi dirinya.
Ditandatanganinya Keppres tersebut oleh Presiden Jokowi membuat Baiq terbebas dari jerat hukum yang sebelumnya menjadi vonis Mahkamah Agung.
“Ini kan sudah selesai semua. Semuanya ditata kembali sebagai sebuah pengalaman besar karena ini menyangkut hukum yang memang prosesnya seperti itu,” ujar Presiden saat bertemu Nuril di Istana Bogor.
Saat bertemu Presiden dalam pertemuan yang memang dinantinya itu, Baiq Nuril banyak menyampaikan terima kasihnya atas perhatian dan bantuan yang telah diberikan Presiden, utamanya permohonan amnesti yang disetujui oleh Kepala Negara.
“Aduh jadi nangis. Hanya terima kasih yang bisa saya ucapkan. Saya berterima kasih sebesar-besarnya,” ucap Baiq.
Kepala Negara menjelaskan kepada Baiq mengenai posisinya dalam proses hukum yang selama ini dihadapi oleh Baiq. Presiden Joko Widodo menyatakan bahwa dirinya terus mengikuti perkembangan proses hukum tersebut sedari awal.
Presiden juga melontarkan pujian bagi Baiq Nuril yang tetap tegar dan terus berjuang dalam menghadapi kasusnya.
“Kenapa sejak awal saya mengikuti tapi tidak bisa intervensi? Karena kewenangannya ada di pengadilan sehingga kita menunggu dan saya melihat kesabaran Ibu Baiq Nuril luar biasa,” kata Presiden.
Lebih lanjut, Presiden berharap agar proses hukum yang telah dijalani oleh Baiq menjadi pelajaran dan bagi Baiq sendiri dan masyarakat pada umumnya.
“Moga-moga ini menjadi pelajaran bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa kadang-kadang cara pandang terhadap sebuah hukum itu tidak sesuai dengan yang kita inginkan,” ucapnya.
Mengakhiri pembicaraannya dengan Baiq, Kepala Negara memastikan bahwa Baiq kini telah terbebas dari jerat hukum dan agar ke depannya untuk lebih berhati-hati.
“Ya inilah sebuah proses. Titip, hati-hati. Prosesnya sudah selesai dan nanti tinggal dilanjutkan terakhir di kejaksaan, diberikan, sudah selesai,” tandasnya.
JAKARTA- Keinginan Baiq Nuril Maknun untuk bertemu dengan Presiden Joko Widodo akhirnya terwujud. Dalam pertemuan, Baiq Nuril sekaligus menerima langsung salinan Keputusan Presiden (Keppres) dengan Nomor 24 Tahun 2019 tentang Pemberian Amnesti.
Presiden sendiri menerima Baiq di ruang kerjanya di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat, pada Jumat sore, 2 Agustus 2019, dengan didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara Pratikno dan Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly.
Selama pertemuan berlangsung, Presiden sempat bertanya mengenai perjalanan yang ditempuh Baiq dari Lombok sebelum sampai ke Bogor dan bertemu dengannya hingga keseharian Baiq Nuril belakangan ini.
Selepas pertemuan, Baiq Nuril yang terlihat tak dapat menyembunyikan perasaan bahagianya menunjukkan salinan Keppres yang telah ia terima. Salinan Keppres tersebut disebutnya sebagai surat yang paling berharga untuknya.
“Surat ini kalau bisa saya mau bingkai dengan bingkai emas. Saya mau pajang. Ini adalah surat paling berharga dalam hidup saya,” ucapnya saat ditemui para jurnalis.
Baiq juga mengucapkan terima kasih atas atensi yang diberikan Presiden Joko Widodo selama dirinya menjalani proses hukum. Ucapan tersebut Baiq sampaikan langsung kepada Presiden dalam pertemuan itu.
“Saya cuma bisa bilang terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Presiden yang dengan senang hati beliau mau menerima saya di Istana Bogor ini. Saya sangat bangga punya presiden seperti Bapak Jokowi,” tuturnya.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menandatangani Keppres mengenai amnesti bagi Baiq Nuril pada Senin, 29 Juli 2019. Saat itu, Kepala Negara mengatakan bahwa dirinya akan dengan senang hati bertemu dengan Baiq Nuril bila ingin mengambil Keppres tersebut langsung ke Istana.
“Silakan Ibu Baiq Nuril kalau mau diambil di Istana silakan. Kapan saja sudah bisa diambil. Saya akan dengan senang hati menerima,” ucap Presiden.
JAKARTA- Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana Joko Widodo pada Kamis malam, 1 Agustus 2019, menghadiri doa kebangsaan yang digelar di halaman depan Istana Merdeka, Jakarta. Doa kebangsaan dengan para ulama, tokoh lintas agama, dan Majelis Zikir Hubhul Wathon ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan peringatan hari ulang tahun ke-74 kemerdekaan Republik Indonesia.
Dalam sambutannya, Presiden Joko Widodo bersyukur acara tersebut bisa digelar untuk mengucapkan rasa syukur atas anugerah kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Ia juga mengajak hadirin untuk mensyukuri nikmat yang diberikan Allah kepada bangsa Indonesia berupa persatuan dan persaudaraan.
“Kita semuanya bersyukur atas kenikmatan yang diberikan Allah kepada kita, baik itu kenikmatan persatuan, baik itu kenikmatan ukhuwah kita, persaudaraan kita, baik ukhuwah islamiyah maupun ukhuwah wathoniyah kita, dan juga bersyukur atas kenikmatan dengan kemajuan-kemajuan yang diperoleh negara ini, oleh bangsa ini, dan oleh rakyat kita Indonesia,” ujarnya.
Sebagai bangsa yang besar, Presiden mengingatkan, bangsa Indonesia ingin dan harus memiliki cita-cita serta mimpi-mimpi yang besar. Namun, tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia pun tidaklah kecil. Untuk itu, Kepala Negara mengajak seluruh elemen bangsa untuk terus mempererat persatuan dan persaudaraan bangsa.
“Karena potensi besar kita dimulai dari adanya rasa persatuan, rasa persaudaraan kita, di antara kita sebagai saudara sebangsa dan setanah air,” lanjutnya.
Menurutnya, persaudaraan itu yang akan membawa Indonesia menjadi negara yang maju dan menatap masa depan dengan penuh optimisme. Oleh sebab itu, pada kesempatan tersebut Presiden juga mengajak hadirin untuk memanjatkan doa dan menundukkan hati agar bangsa Indonesia bisa mengatasi berbagai tantangan yang dihadapinya sehingga cita-cita kemerdekaan bisa terwujud secepat-cepatnya.
“Marilah kita semuanya menjaga kearifan lokal kita, menjaga kearifan nasional kita, sebagai sebuah bangsa dengan budaya yang luhur. Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan hidayah kepada seluruh rakyat, kepada bangsa kita, kepada negara kita,” tandasnya.
Dalam acara tersebut hadir juga Wakil Presiden Jusuf Kalla beserta Ibu Mufidah Jusuf Kalla, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, dan Ketua Umum Pengurus Besar Zikir Hubbul Wathon K.H. Musthofa Aqil Sirodj.
Selain itu tampak hadir juga Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, Ketua Umum DPP Syarikat Islam Hamdan Zoelva, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie, Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidz Daarul Quran Ketapang Ustaz Yusuf Mansur, K.H. Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq, dan Habib Luthfi bin Yahya.
Adapun tokoh lintas agama yang hadir antara lain, Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Wisnu Bawa Tenaya, Ketua Umum Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) Arief Harsono, Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Henriette Tabita Hutabarat-Lebang, dan Ketua Umum Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Ignatius Suharyo.